Saat berkomitmen memiliki anak, para orang tua harus memenuhi kebutuhan dasar anak-anak: asah, asih dan asuh. Asah merupakan stimulasi, asih merujuk kepada kebutuhan emosi dan kasih sayang sementara asuh merupakan kebutuhan fisik anak.
Pola asuh yang baik harus memenuhi kebutuhan dasar anak, karena hal tersebut sangat berperan penting untuk pembentukan karakter anak saat dewasa nanti. Untuk itu, perlu SKITCHENERS ketahui jenis-jenis pola asuh dan dampaknya untuk anak.
Otoriter

Salah satu ciri khas pola asuh ini adalah aturan yang ketat dan wajib diikui oleh anak. Seringkali para orang tua mengeluarkan kata andalannya yakni dengan ungkapan “Pokoknya” ketika sedang mengutarakan pendapat.
Pola asuh ini tidak memedulikan ataupun mendengarkan pendapat dan keinginan sang anak. Akibatnya, anak bisa tumbuh menjadi penakut, tidak bisa membuat keputusan sendiri dan kesulitan mengelola emosi, terutama kemarahan. Karena anak dituntut menurut apa kata orang tua.
Hubungan orang tua dan anak dengan pola asuh otoriter biasanya dingin dan berjarak. Para orang tua juga lebih sering menggunakan hukuman ketika sang anak tidak menuruti perkataan orang tua.
Permisif

Pola asuh ini memberikan kebebasan bagi anak dalam mengekspresikan dirinya dan keinginannya. Tidak ada batasan yang terlalu tegas kepada anak dan orang tua cenderung mengikuti keinginan anak. Orang tua jarang memberikan tuntutan, jika anak melakukan kesalahan, orang tua juga jarang memberikan hukuman.
Pengaruh positifnya, anak akan bebas mengekspresikan diri dan mengembangkan kreativitas serta potensi dirinya. Namun, dampaknya anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif cenderung egois, impulsif, sulit diatur dan kurang berempati karena tidak diberikan batasan dan petunjuk untuk memilih pilihan yang tepat.
Demokratis

Para ahli sepakat kalau pola asuh ini merupakan kombinasi yang tepat antara pola asuh otoriter dan permisif. Pola asuh ini menumbuhkan kepercayaan diri pada anak, mereka lebih berani berpendapat karena merasa dihargai oleh orang tua. Hubungan anak dan orang tua dengan pola asuh ini juga cenderung lebih erat.
Para orang tua dengan pola asuh ini akan menerapkan aturan disiplin dengan tetap mempertimbangkan pendapat sang anak. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua cenderung berdiskusi dengan anak terlebih dahulu, bukan langsung menghukum.
Dengan menerapkan pola asuh ini, anak akan memiliki kemampuan berpikir kritis dan bisa mengambil keputusan terbaik. Mereka juga akan tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab dan tidak segan untuk mengemukakan pendapatnya.